Republika. Minggu. 25 Mei 2008

Kanker. Setiap kali mendengar jenis penyakit yang satu ini, kengerian selalu muncul. Kebanyakan orang bahkan menganggap, kanker tak ubahnya lonceng kematian.

Faktanya, tak selalu begitu. Bila ditemukan pada stadium dini, kanker pun bisa disembuhkan. Hanya saja, sebagian besar kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut, sehingga upaya penyembuhan menjadi sulit. Dalam keadaan seperti ini, penderita kerap kali tak tertolong.

Siapapun tentu tak ingin terkena penyakit ganas ini, bukan? Sejatinya, ada cara mudah dan murah untuk menangkal kanker, yakni dengan menerapkan pola makan sehat.

Kelihatannya memang sederhana. Namun, di balik kesederhanaan ini, terkandung manfaat yang sangat besar. Berbagai studi menunjukkan, zat-zat gizi dan zat-zat bioaktif dalam makanan kita sehari-hari dapat mencegah kanker, menghambat perjalanan keganasannya serta menghalangi kekambuhannya. Pada saat yang sama, ada juga bagian dari bahan pangan yang bersifat memicu kanker (karsinogenik) dan karenanya harus dihindari. Di sinilah pengaturan makanan (diet) menjadi penting.

Seperti dikatakan Prof Dr dr Endang Purwaningsih MPh SpGK dari Bagian Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, diet dan zat gizi memegang peran penting dalam mencegah berbagai penyakit termasuk kanker. Kajian epidemiologi menunjukkan, lebih dari sepertiga kanker secara potensial dapat dicegah dengan memodifikasi diet.

Diet tinggi fitosterol misalnya, diyakini bermanfaat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah, mencegah penyakit jantung, juga menurunkan risiko kanker payudara dan usus besar. Fitosterol merupakan komponen fitokimia yang memiliki fungsi berlawanan dengan kolesterol bila dikonsumsi oleh manusia. Fitosterol terkandung pada bahan-bahan nabati seperti minyak nabati, sereal, sayuran dan buah-buahan.

Saat ini, kata Endang, makin banyak temuan di bidang ilmu gizi yang menunjukkan potensi bahan pangan maupun herbal sebagai pro atau anti karsinogenik. Isotiosianat pada brokoli dan kol dilaporkan dapat menghambat aktivitas metabolisme berbagai zat yang dapat memicu kanker (karsinogen). ”Saponin pada ginseng dan kedelai juga memiliki aktivitas antimutagenik dan antikarsinogenik,” kata Endang dalam seminar yang diselenggarakan Yayasan Kanker Cabang Sleman, Yogyakarta, belum lama ini.

Piramid pedoman makanan
Kunci utama diet pencegahan kanker adalah diversifikasi pangan, khususnya asupan sayur, buah dan serealia. Sebagai pedoman untuk mengatur makanan yang kita asup sehari-hari, Endang memperkenalkan piramid pedoman makan. Menurut dia, ini merupakan model visual tentang pedoman diet sehat yang berisi keberagaman pangan dan proporsi harian yang diperlukan. Dikaitkan dengan diet pencegahan kanker, pedoman ini dijabarkan sebagai pembatasan lemak dan menggantinya dengan bahan pangan kaya karbohidrat kompleks, mengonsumsi sayur dan buah segar secara ekstensif dengan memerhatikan tingkat kejenuhan lemak serta kandungan serat dari makanan.

Dalam upaya mencegah kanker, The American Institute For Cancer Research juga telah meluncurkan rekomendasi diet dan gaya hidup sehat. Seperti apa rekomendasi itu? Endang menjelaskan, rekomendasi tersebut dapat dijabarkan dalam empat hal, yaitu:

* Konsumsi makanan sehat bervariasi, terutama dari tumbuh-tumbuhan. Dalam hal ini, disarankan mengonsumsi buah dan atau sayur sebanyak lima porsi per hari atau lebih. ”Pilih whole grain (biji-bijian utuh) dan batasi konsumsi daging merah,” kata Endang.

* Terapkan gaya hidup sehat. Termasuk dalam poin ini adalah aktif secara fisik. Jangan lupa, masaklah dan simpan makanan secara aman.

* Jaga berat badan ideal sepanjang hidup. Pilihlah makanan yang rendah lemak dan rendah garam.

* Batasi konsumsi alkohol.

Jika mencermati rekomendasi itu, rasa-rasanya mencegah kanker bukanlah perkara sulit, apalagi jika Anda punya tekad yang kuat. Bukan begitu?

Terapi Gizi pada Penderita Kanker

Penurunan berat badan berlebihan, malnutrisi, dan keadaan kurus kering karena kekurangan gizi (kakeksia) kerap dijumpai pada penderita kanker. Kondisi seperti itu tentu dapat memengaruhi hasil pengobatan. Bahkan, malnutrisi dan kakeksia tak jarang menyebabkan kematian penderita kanker. ”Untuk mencegah kesakitan akibat terapi dan kematian karena kanker, penderita perlu mendapatkan diet yang memadai (terapi suportif gizi),” kata Prof Dr dr Endang Purwaningsih MPh SpGK.

Berikut adalah beberapa cara pemberian nutrisi pada penderita kanker:
1. Melalui mulut
Pemberian nutrisi melalui mulut merupakan cara yang paling disukai. Cara pemberian seperti ini dilakukan bila tidak ada gangguan penyerapan makanan dalam saluran cerna. Pada penderita kanker yang mengalami anoreksia dan gangguan pada indera pengecap, pemberian makanan lewat mulut justru dapat menimbulkan masalah.
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan ketika memberikan asupan nutrisi lewat mulut. Hal-hal itu adalah:

* Penyajian makanan harus ‘cantik’ sehingga dapat membangkitkan nafsu makan. * Makanan diberikan sediki-sedikit tetapi sering, sehingga jumlah kalori dapat dipenuhi dengan cara yang tidak memberatkan. Cara ini terbukti memberi hasil pada sebagian besar pasien.
* Terapkan diet tinggi energi/kalori dan protein.
* Pada penderita dengan gangguan indera pengecap dapat diatasi dengan pemberian bumbu lebih banyak pada pengolahan dan penyajian. Makanan hendaknya disajikan dalam bentuk dan aroma yang menarik.
* Penderita dengan ganguan menelan, berikan makanan yang mudah ditelan misalnya ditambah kuah, lunak, makanan dicincang/digiling/disaring. Rasa, jenis makanan, dan penyajian harus diupayakan sesuai dengan selera pasien.
* Penderita yang juga mengalami sariawan, berikan makanan yang lembut agar mudah ditelan. Hindari makanan merangsang, semisal terlalu panas, berbumbu tajam, atau terlalu asam.

2. Melalui pipa
Bila pemberian makanan melalui mulut tidak dapat diterima atau belum memungkinkan, maka dipertimbangkan pemberian makanan dengan cara lain, salah satunya lewat pipa.
Menurut Endang, pemberian makanan melalui pipa paling sering digunakan karena lebih mudah. ”Pipa dapat juga bermuara di lambung maupun usus halus tergantung lokasi tumor.”
Menurut Endang, upaya memberikan makanan melalui saluran cerna harus tetap dilakukan untuk memelihara saluran cerna, memelihara aktivitas fisik dan enzim saluran cerna. Selain itu, pemberian makanan melalui saluran cerna juga bermanfaat untuk mempertahankan sistem imunitas saluran cerna, memelihara keseimbangan flora usus, dan meningkatkan hasil kemoterapi serta radioterapi.

3. Melalui pembuluh darah balik
Pemberian nutrisi melalui darah balik (parenteral) dilakukan dengan bantuan kateter. Cara ini memang cukup berisiko, namun pada keadaan tertentu cara ini perlu dipertimbangkan, misalnya pada penderita dengan gangguan penyerapan, gangguan fungsi saluran cerna, dan pemotongan usus yang luas.

Pemberian nutrisi melalui darah balik pernah dipantau secara ketat. ”Selain mahal, juga karena efek samping cukup besar,” ujar Endang. Cairan atau bahan nutrisi yang dimasukkan melalui pembuluh darah balik dapat menyebabkan iritasi pada pembuluh darah. Itu mengapa, untuk pemberian jangka panjang, kateter biasanya dimasukkan ke dalam pembuluh darah balik yang besar, misalnya vena subclavia. Selain usaha-usaha di atas, penanggulangan kakeksia pada penderita kanker juga dapat diupayakan melalui pengobatan farmakologis.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

mulailah tata asupan gizi sejak dini. para orangtua, perhatikan anak-anak balita nya ... jangan cepat menyerah oleh rengekan anak yang minta makanan tak bergizi atau ber additif tak sehat karena efek jangkapanjangnya sangat mahal. ... para ahli gizi harus punta proyek besar 'menyelamatkan generasi masa depan' dengan sosialisasi besar-besaran melalui sekolah. dan jangan terbatas pada sekolah di kota-kota besar, di kampung pun banyak polutan ... jajanan anak yang tinggi oksidan justru banyak digemari .... !!!