Lestari

Shinta kembali geram untuk yang kesekian kalinya mendengar nama Lestari. Apa sih yang patut dibicarakan dari sosok gadis itu hingga sampai di kantin pun Mega masih menyebut-nyebut namanya.
Di mata Shinta, Lestari tidak lebih dari gadis kuper,bodoh dan kampungan. Itulah sebabnya Shinta heran ketika siswa-siswi sekolahnya tiba-tiba mendengungkan nama Lestari. Kalau cuma karena kemarin Lestari juara kelas, itu kan kebetulan, sedangkan dia sudah juara semenjak SD. Dan kalaupun Shinta sekarang berada di urutan ketiga itupun karena Shinta lagi apes. Apakah dengan dikalahkan Lestari tiga semester masih kebetulan ?
Ah, Shinta tak mau mempermasalahkannya. Baginya Lestari tidak ada apa-apanya
Sekalipun juara karena itu hanya merupakan kebetulan saja. Namun dirinya tetap lebih unggul. Dia kan lahir dari keluarga kaya sedangkan Lestari..? Tiap hari dari kelas dua dulu baju, roknya masih itu juga. Makin hari makin pudar.Belum lagi sepatu yang udah gak karuan warnanya karena tiap hari nginjak lumpur. Sedangkan Shinta kapan dia mau beli baju baru bisa. Koleksi sepatunya sekodi. Dan belum lagi tas serta pernak-perniknya .
“Shin !” Mega memukul pundaknya. Shinta kaget. Semua ingatan tentang Lestari dan kekayaannya terbang. Lenyap.
“Dari tadi kok ngelamun terus , Shin? Sakit ?” Mega terlihat perhatian banget.
“Bosan dengar cerita lu. Lestri, Lestari melulu.”sahut Shinta ketus.
“Yee siapa yang lagi nyertain Lestari? Udah lewat statiunnya. Udah dari tadi gue ngomongin Aldi, cowok yang lu pedekate itu,” alis Mega teragkat sambil tersenyum nakal.
“Memangnya Aldi kenapa ? Dia tanggap ya sama gue ? Aduuuh Aldi Shinta jadi kegenitan.
“Jangan genit kayak gitu, bo! Kayaknya dia lagi gak mau merespon lu.”
“Hah! Jangan sembarang ngomong lu. Apa sih yang kurang dari gue ? Gak ada kan ?
“Kurang sih enggak, cuma …”
“Cuma apa ?”
“Itu, Lestari.”
“Memangnya Lestari pacar Aldi?”
“Pacaran sih tidak, hanya Aldi tampaknya sedang kesemsem sama penjual kerupuk itu.”
Shinta terperangah. Lagi-lagi lestari. Apa sih yang menarik dari Lestari ? Kerupuk talas yang tiap hari dijijingnya ke sekolah ? Shinta kembali mendesah.
“Teeett.” Bel masuk kelas sehbis istirahat berbunyi. Shinta dan Mega melenggang meninggalkan kantin sesudah membayar terlebih dahulu.
Di depan pintu kelas ia bertubrukan dengan Lestari. Shinta melotot,”Gak ngeliat lu?” bentaknya.
“Maaf, Shin. Saya ngak sengaja.” Lestari gelagapan.
“Maaf. Maaf. Lihat nih sepatu gue kotor.” geramnya.”
“Biar saya saja yang bersihkan ,”Lestari berniat membungkuk.
”Gak usah,Ta!” seru Aldi. Rupanya dia mengikuti drama itu. ”Masa gituan banget, Shin.” ujarnya.
Mega menyikut Shinta. Shinta langsung mengerti.
“Saya cuma bercanda, Al. Tari aja yang nganggap sungguhan.” Shinta tersenyum.Dia langsung berjalan ke dalam lokal, meninggalkan Lestari dan Aldi.
“Jangan dimasukin ke hati, Ta.” Aldi perhatian banget sama Lestari. Lestari tersenyum pahit. Walau bagaimanapun ia tetap mengerti apakah itu sungguhan atau memang bercanda. Sudah lama ia rasakan sikap Shinta yang menunjukkan ketiaksukaan pada dirinya.
“Ta, masuk yuk.” ajak Aldi.
Lestari menurut. Dan Bu Helmi pun masuk kelas.
Melihat kehadiran Bu Helmi, semua siswa menghetikan aktvitasnya . Mereka siap memulai pelajaran.

@ @ @

“Ta!Tunggu sebentar !”
Lestari menengok ke belakang. Tampak Aldi berlari-lari mengejar langkahnya.
“Ada apa, Al?”
“Gak,” Aldi mnggarut kepala yang tidak gatal. “Cuma mau jalan bareng kamu aja.” sambungnya.
Lestari tersenyum. ”Tumben,” ujarnya pelan.
“Bukan Tumben. Sudah dari kemarin-kemarin aku ingin pulang sama kamu. Tapi…”
“Tapi apa ?”
“Kamu selalu paling cepat keluar kelas sehabis bel berbunyi. Jadi aku ketinggalan.”
“Kenapa gak ngejar seperti sekarang?”
“Nggg….” Aldi makin salah tingkah.
Shinta dan Mega yang jalan di belakang mereka jadi uring-uringan. Tak suka gitu.
“Lagian untuk apa jalan bareng aku ?” tanya Lestari kemudian.
“Ya…pingin aja.”
“Gak malu jalan sama penjual kerupuk ?”
“Kenapa muati malu? Bukankah perkerjan itu tak salah.”
Lestari tersenyum kembali. Sebentar kemudian…“Eh, hampir lupa,” spontan langkahnya terhenti.
“Lupa apa ?”Aldi turut berhenti. Shinta dan Mega makin dekat.
“Aku harus menjemput hasil jualan kemarin ke warung Bu Yuni. Kita berpisah jalan ya.” ujarnya memandang Aldi.
“Aku tunggu disini, Ta.”
“Oo… gak usah. Aku pulang sendiri aja. Oke !”
Aldi mengangguk mengerti.
“Makasih. Duluan ya.” Lestari segera belok kiri. Aldi tertegun memandang punggung Lestari yang makin menjauh.
“Al!” tegur Shinta, ”Ditinggal ya ?”
Aldi tersenyum masam. Dia mengerti dari perasaan Shinta dari nada suaranya.
“Kamu makin perhatian sama tari , Al,” Mega ikut nimbrung.
“Memangnya kenapa ?” balas Aldi.
“Kamunya yang kenapa, kok perhatian banget sama gadis kampungan itu?” sambar Shinta. Mege meyikutnya. Aldi menangkap gerakan itu dengan ujung matanya.
“Aku cuma gak mau dilangkahi Rio dan Rendi.” Aldi menyahut. ”Biarpun Lestari lugu dan kampungan tapi dia feminim dan pengertian. Perasaannya halus dan dia gak norak kayak para gadis seusianya pada umumnya ?” jawab Aldi mantap.
Shinta tersinggung. ”Kok bawa-bawa Rio dan Rendi sih ?” tanyanya. Dia tahu kedua anak laki-laki itu punya kedudukan di Osis dan sama-sama tergolong idola. Rio adalah ketua Osis, dan Rendi wakilnya.
“Karena keduanya sama seperti aku. Sama punya hati pada Lestari.” suara Aldi makin mantap.
Shinta terperangah. Begitupun Mega. Sekali lagi lestari telah mengalahkannya.

0 komentar: